Dorong Inklusi Keuangan, Bank Saqu Gelar Inisiatif ‘Good Gesture’ di IdeaFest 2025

Bank Saqu dengan bangga memperkenalkan program terbaru ‘Good Gesture’ yang diluncurkan pada IdeaFest 2025. Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk mendukung perkembangan ekonomi Indonesia.
Masalah akses keuangan masih menjadi tantangan besar di dunia. Data menunjukkan sekitar 1,4 miliar orang belum memiliki rekening bank formal. Hal ini menghambat pertumbuhan ekonomi dan upaya pengentasan kemiskinan.
Melalui ‘Good Gesture’, Bank Saqu ingin menjangkau masyarakat yang selama ini kurang terlayani. Program ini khusus dirancang untuk membantu UMKM dan kelompok berpendapatan rendah.
IdeaFest 2025 dipilih sebagai platform strategis karena menghadirkan berbagai pemangku kepentingan. Kolaborasi ini sangat penting untuk menciptakan dampak yang lebih besar dalam sektor keuangan.
Inisiatif kami sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan global. Financial inclusion diakui sebagai pendorong utama untuk mencapai banyak target SDGs.
Mengenal Inisiatif ‘Good Gesture’ Bank Saqu untuk Financial Inclusion
Program ‘Good Gesture’ hadir sebagai respons terhadap tantangan akses layanan keuangan di Indonesia. Banyak masyarakat, khususnya di pedesaan, masih bergantung pada sistem informal untuk transaksi sehari-hari.
Latar Belakang Program Good Gesture
Inisiatif ini lahir dari data yang menunjukkan kesenjangan besar dalam kepemilikan rekening bank. Kelompok berpendapatan rendah dan perempuan sering menjadi yang paling terdampak.
Bank Saqu melihat bahwa karakteristik individu lebih berpengaruh daripada faktor regional. Pendekatan personal menjadi kunci dalam program ini.
Tujuan dan Target yang Ingin Dicapai
Program ‘Good Gesture’ menargetkan 500.000 orang dalam dua tahun pertama. Fokus pada peningkatan literasi keuangan dan akses kredit.
Daerah dengan indeks keuangan rendah menjadi prioritas. Data SUSENAS dan PODES menjadi acuan dalam pemetaan 514 distrik.
Kolaborasi dengan fintech dan layanan digital terjangkau menjadi tulang punggung program. Tujuannya menciptakan dampak berkelanjutan bagi pertumbuhan ekonomi.
Pentingnya Financial Inclusion bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Akses terhadap layanan keuangan formal telah menjadi faktor krusial dalam mendorong kemajuan ekonomi nasional di berbagai negara berkembang. Di Indonesia, upaya memperluas jangkauan sistem perbankan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan pelaku industri.
Program-program yang mendukung perluasan akses keuangan tidak hanya bermanfaat bagi individu. Dampaknya terasa hingga level makro ekonomi melalui peningkatan investasi dan produktivitas nasional.
Konsep Dasar Financial Inclusion
Financial inclusion mengacu pada kemampuan semua orang mengakses dan menggunakan layanan keuangan formal. Layanan ini mencakup pembayaran, tabungan, kredit, dan produk asuransi.
Konsep ini sangat relevan untuk negara berkembang seperti Indonesia. Masyarakat yang terhubung dengan sistem formal memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan.
Data menunjukkan bahwa kepemilikan rekening bank masih menjadi tantangan di beberapa daerah. Program inklusi keuangan bertujuan mengatasi kesenjangan ini melalui pendekatan yang tepat sasaran.
Dampaknya terhadap Pembangunan Ekonomi
Studi di 34 provinsi Indonesia membuktikan hubungan positif antara inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi. Rasio tabungan terhadap PDRB serta dana pihak ketiga memberikan kontribusi signifikan.
Akses ke kredit formal membantu UMKM berkembang dan menciptakan lapangan kerja. Pengusaha kecil dapat mengurangi ketergantungan pada pinjaman informal yang sering memberatkan.
Program inklusi keuangan juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan global. Target pengurangan kemiskinan dan kesetaraan gender mendapatkan dukungan melalui perluasan akses keuangan.
| Indikator Keuangan | Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi | Tingkat Signifikansi |
|---|---|---|
| Rasio Tabungan/GDP | Meningkatkan investasi produktif | Tinggi |
| Dana Pihak Ketiga | Memperkuat intermediasi keuangan | Tinggi |
| Jumlah Kantor Bank | Pengaruh terbatas | Rendah |
| Akses Kredit UMKM | Mendorong wirausaha dan lapangan kerja | Tinggi |
Stabilisasi keuangan rumah tangga menjadi manfaat lain dari program inklusi. Keluarga dapat mengelola risiko lebih baik dengan akses ke produk tabungan dan asuransi.
World Bank mencatat bahwa countries dengan tingkat inklusi keuangan tinggi menunjukkan pertumbuhan lebih stabil. Pembangunan ekonomi menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.
Tantangan Financial Inclusion di Indonesia: Data dan Fakta Terkini
Meskipun upaya terus dilakukan, Indonesia masih menghadapi berbagai kendala dalam memperluas akses layanan keuangan. Data terkini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk mencapai target nasional.
Indeks Inklusi Keuangan Indonesia 2020-2024
Perkembangan indeks inklusi keuangan Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan progress yang lambat. Berdasarkan laporan Bank Indonesia dan OJK, posisi Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Malaysia dan Thailand telah mencapai angka yang lebih baik dalam hal akses keuangan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi para pemangku kebijakan di tanah air.
- Pertumbuhan rata-rata hanya 2-3% per tahun sejak 2020
- Peringkat Indonesia di ASEAN untuk kepemilikan rekening bank masih di bawah rata-rata
- Target 2024 belum tercapai sesuai harapan awal
Kesenjangan Akses di Berbagai Wilayah
Survei SUSENAS yang mencakup 514 distrik mengungkapkan disparitas yang signifikan antara daerah. Jawa dan luar Jawa menunjukkan perbedaan yang mencolok dalam hal akses keuangan.
Wilayah perkotaan memiliki tingkat kepemilikan rekening bank sebesar 70%. Sementara daerah pedesaan hanya mencapai 40% berdasarkan data empiris terkini.
Beberapa faktor penyebab kesenjangan ini antara lain:
- Infrastruktur keuangan yang tidak merata di berbagai daerah
- Tingkat literasi keuangan yang masih rendah
- Keterbatasan layanan digital di wilayah terpencil
Kondisi ini menghambat pencapaian target nasional dan memerlukan intervensi kebijakan yang lebih terfokus. Dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan menjadi kurang optimal.
Bank Dunia dalam berbagai studinya menekankan pentingnya mengatasi kesenjangan ini. Negara berkembang seperti Indonesia membutuhkan pendekatan khusus untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Bank Saqu dan Komitmen terhadap Literasi Keuangan Masyarakat
Pemahaman tentang pengelolaan uang merupakan kunci menuju kehidupan finansial yang sehat. Bank Saqu secara konsisten mengembangkan berbagai program edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Studi menunjukkan bahwa literasi keuangan menjadi penentu utama dalam adopsi layanan perbankan. Masyarakat yang memahami produk finansial cenderung lebih percaya diri menggunakan jasa bank.
Program Edukasi yang Sudah Dilaksanakan
Sejak 2023, Bank Saqu telah menyelenggarakan berbagai inisiatif pendidikan keuangan. Program ini dirancang untuk berbagai kelompok masyarakat dengan pendekatan yang berbeda.
Kampanye #FinansialCerdas berhasil menjangkau lebih dari 100.000 peserta. Program ini memberikan pemahaman dasar tentang:
- Manajemen keuangan keluarga sehari-hari
- Perencanaan tabungan dan investasi sederhana
- Pengenalan produk perbankan yang aman
Workshop khusus untuk UMKM membantu pelaku usaha memahami akses kredit formal. Peserta belajar cara mengajukan pinjaman bank dan mengelola pembukuan sederhana.
Modul literasi keuangan digital diajarkan kepada masyarakat pedesaan. Materi mencakup penggunaan mobile banking dan transaksi digital yang aman.
Kolaborasi dengan Institusi Pendidikan
Bank Saqu menjalin kemitraan strategis dengan universitas terkemuka di Indonesia. Kerja sama dengan Universitas Indonesia dan IPB menghasilkan integrasi kurikulum keuangan.
Mata kuliah ekonomi dan kewirausahaan kini memasukkan materi financial inclusion. Mahasiswa belajar tentang peran layanan keuangan dalam pembangunan ekonomi.
Hasil program menunjukkan perubahan positif dalam perilaku finansial. Masyarakat mulai mengurangi ketergantungan pada pinjaman informal.
Pemahaman tentang produk bank formal meningkat signifikan. Banyak peserta yang membuka rekening bank pertama kali setelah mengikuti pelatihan.
Rencana ke depan mencakup perluasan jangkauan ke sekolah menengah dan pesantren. Targetnya adalah menjangkau generasi muda dan komunitas religius.
Pendidikan keuangan sejak dini diharapkan dapat menciptakan kebiasaan finansial yang baik. Bank Saqu berkomitmen terus berkontribusi bagi peningkatan literasi keuangan nasional.
IdeaFest 2025: Platform Strategis untuk Mendorong Financial Inclusion
Kolaborasi multipihak menjadi kunci sukses dalam memperluas jangkauan layanan keuangan. IdeaFest 2025 hadir sebagai wadah pertemuan ideal untuk berbagai pemangku kepentingan.
Festival tahunan ini dirancang khusus untuk menghubungkan pelaku industri, pemerintah, dan akademisi. Tujuannya menciptakan solusi inovatif bagi pembangunan berkelanjutan.
Profil dan Visi IdeaFest 2025
IdeaFest merupakan ajang tahunan yang fokus pada inovasi dan kerjasama. Event ini mempertemukan berbagai pihak untuk mencapai target SDGs.
Visi utama festival adalah menjadi katalisator inovasi keuangan inklusif. Melalui diskusi panel, hackathon, dan pameran teknologi fintech.
Acara ini menampilkan studi kasus dari berbagai negara berkembang. Termasuk keberhasilan Vietnam dan India dalam digital financial inclusion.
Peluang Kolaborasi dengan Stakeholder
Bank Saqu melihat banyak peluang kerjasama melalui platform ini. Partnership dengan fintech untuk pengembangan produk digital.
Kolaborasi dengan NGO membantu menjangkau daerah terpencil. Kerja sama dengan pemerintah untuk advocacy kebijakan yang mendukung.
Sesi khusus “Digital Financial Inclusion untuk UMKM” menjadi highlight. Menampilkan praktik terbaik dari berbagai negara.
Event seperti IdeaFest mempercepat adopsi layanan keuangan digital. Meningkatkan jangkauan dan kedalaman akses masyarakat.
Inisiatif ini mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Memberikan dampak positif bagi pembangunan nasional.
Dampak Financial Inclusion terhadap Pengurangan Kemiskinan

Bukti dari berbagai penelitian menunjukkan hubungan erat antara akses keuangan dan penurunan angka kemiskinan. Data empiris dari berbagai daerah di Indonesia membuktikan bahwa program inklusi keuangan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Studi panel data dari berbagai negara berkembang mengungkap fakta menarik. Negara dengan tingkat akses keuangan yang baik menunjukkan penurunan kemiskinan yang signifikan.
Studi Kasus dari Berbagai Daerah di Indonesia
Program kredit mikro di Jawa Timur memberikan hasil yang menggembirakan. Data BPS mencatat peningkatan pendapatan petani sebesar 20% dalam dua tahun.
Wilayah Indonesia Timur juga menunjukkan perkembangan positif. Akses kredit formal membantu meningkatkan pendapatan rumah tangga di daerah tersebut.
Beberapa contoh keberhasilan program inklusi keuangan:
- Petani di Jawa Timur mampu meningkatkan produktivitas dengan akses kredit
- Nelayan di Sulawesi dapat membeli peralatan modern melalui pinjaman bank
- Pengusaha kecil di Papua mulai menggunakan tabungan untuk perluasan usaha
Data Empiris tentang Pengaruhnya terhadap Pendapatan
Mekanisme pengurangan kemiskinan melalui akses keuangan bekerja melalui tiga cara utama. Tabungan membantu keluarga mengatasi guncangan ekonomi tak terduga.
Kredit memberikan kesempatan untuk investasi produktif. Asuransi membantu mitigasi risiko dalam berusaha.
Penelitian global menunjukkan kombinasi yang efektif. Edukasi keuangan bersama akses layanan perbankan memberikan dampak lebih besar.
Namun, dampak dapat bervariasi tergantung konteks daerah. Desain produk yang tepat sangat penting untuk memastikan manfaat bagi masyarakat kurang mampu.
Data dari World Bank mendukung temuan ini. Negara dengan tingkat inklusi keuangan tinggi menunjukkan pertumbuhan lebih stabil dan merata.
Peran Teknologi Digital dalam Memperluas Financial Inclusion
Transformasi digital telah membuka babak baru dalam dunia layanan keuangan. Inovasi teknologi memungkinkan akses yang lebih luas dan terjangkau bagi berbagai lapisan masyarakat.
Negara berkembang seperti Indonesia mengalami percepatan adopsi layanan keuangan digital. Data menunjukkan peningkatan signifikan dalam kepemilikan akun digital selama beberapa tahun terakhir.
Inovasi Fintech yang Mendukung Inklusi Keuangan
Perusahaan fintech menghadirkan solusi kreatif untuk mengatasi hambatan tradisional. Dompet digital dan platform lending peer-to-peer mengurangi biaya transaksi.
Layanan seperti GoPay dan OVO berhasil menjangkau 60% populasi dewasa. Data OJK mencatat pertumbuhan pesat dalam penggunaan aplikasi pembayaran digital.
Open finance memanfaatkan data untuk pengembangan produk yang lebih inklusif. Sistem scoring kredit alternatif membantu UMKM mendapatkan akses pembiayaan.
| Jenis Layanan Fintech | Tingkat Adopsi | Dampak terhadap Akses Keuangan |
|---|---|---|
| Dompet Digital | Tinggi (60% populasi) | Meningkatkan transaksi non-tunai |
| Platform Lending P2P | Sedang (35% UMKM) | Memperluas akses kredit usaha |
| Bank Digital | Sedang (25% pengguna) | Menurunkan biaya transaksi |
| Asuransi Digital | Rendah (15% masyarakat) | Melindungi dari risiko finansial |
Adaptasi Masyarakat terhadap Layanan Digital
Meskipun potensi besar, masih ada tantangan dalam adopsi layanan digital. Literasi digital yang rendah menjadi hambatan utama.
Masyarakat pedesaan menunjukkan kecepatan adopsi yang lebih lambat. Infrastruktur internet yang tidak merata memperparah kesenjangan ini.
Kepercayaan pada keamanan data juga perlu ditingkatkan. Edukasi tentang transaksi digital yang aman menjadi kunci keberhasilan.
Studi menunjukkan potensi pertumbuhan masih sangat tinggi. Dengan pendekatan yang tepat, digitalisasi dapat menjangkau lebih banyak masyarakat.
Strategi Bank Saqu dalam Menjangkau Segmen yang Belum Terlayani

Bank Saqu mengembangkan pendekatan khusus untuk membantu kelompok masyarakat yang masih kesulitan mengakses layanan perbankan. Strategi ini dirancang berdasarkan penelitian mendalam tentang kebutuhan riil di berbagai daerah.
Program ini fokus pada dua kelompok utama yaitu masyarakat pedesaan dan pengusaha kecil. Kedua kelompok ini sering menghadapi hambatan dalam mengakses produk keuangan formal.
Pendekatan untuk Masyarakat Pedesaan
Bank Saqu menggunakan sistem agen perbankan untuk menjangkau desa-desa terpencil. Agen-agen ini terlatih membantu masyarakat membuka rekening dan melakukan transaksi dasar.
Cabang bergerak (mobile branch) juga dikerahkan ke daerah yang belum memiliki kantor bank. Layanan ini datang langsung ke pusat kegiatan masyarakat seperti pasar tradisional.
Kerjasama dengan koperasi setempat memperkuat jangkauan program. Koperasi membantu mengenalkan produk tabungan dan pembayaran yang sederhana.
Program “Saqu Desa” berhasil meningkatkan kepemilikan rekening bank di 100 desa. Data menunjukkan kenaikan sebesar 30% dalam satu tahun terakhir.
Program Khusus untuk UMKM dan Pelaku Usaha Kecil
Bank Saqu menawarkan kredit mikro dengan persyaratan yang mudah dipenuhi. Proses pengajuan dibuat sederhana dan cepat untuk membantu usaha kecil.
Pelatihan kewirausahaan diberikan secara gratis kepada pengusaha pemula. Materi mencakup pengelolaan keuangan dan strategi pemasaran.
Integrasi dengan platform e-commerce membantu UMKM menjangkau pasar lebih luas. Kerjasama dengan marketplace lokal meningkatkan penjualan produk mereka.
Produk asuransi tanaman khusus dirancang untuk petani kecil. Perlindungan ini membantu mengurangi risiko gagal panen.
Teknologi blockchain digunakan untuk pembiayaan yang transparan. Sistem ini memudahkan pelacakan penggunaan dana dan hasil usaha.
| Jenis Program | Target Penerima | Dampak yang Dicapai |
|---|---|---|
| Agen Perbankan | Masyarakat Pedesaan | Peningkatan akses transaksi dasar |
| Kredit Mikro | Pengusaha Kecil | Perluasan modal usaha |
| Pelatihan Kewirausahaan | UMKM Pemula | Peningkatan keterampilan bisnis |
| Integrasi E-commerce | Pelaku Usaha Lokal | Perluasan jangkauan pasar |
Pendekatan terdesentralisasi terbukti efektif menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal memberikan hasil lebih baik.
Data dari berbagai penelitian mendukung strategi ini. Negara berkembang yang menggunakan pendekatan serupa menunjukkan kemajuan signifikan.
Evaluasi Keberhasilan Program Financial Inclusion: Metode dan Indikator
Mengukur kesuksesan program perluasan akses layanan keuangan memerlukan pendekatan sistematis. Berbagai metode dan indikator digunakan untuk menilai perkembangan dan dampak nyata terhadap masyarakat.
Framework dari CGAP menyediakan tiga parameter utama pengukuran. Breadth melihat jumlah orang yang memiliki akun, depth mengukur ragam produk yang digunakan, dan utility menilai dampak positif bagi pengguna.
Parameter Pengukuran yang Digunakan
Indikator spesifik menjadi acuan dalam menilai kemajuan program. Tingkat kepemilikan rekening bank menjadi tolok ukur utama yang dipantau secara berkala.
Rasio kredit terhadap GDP menunjukkan sejauh mana masyarakat mengakses pembiayaan formal. Data dari survei Global Findex memberikan gambaran penggunaan layanan digital.
Metode evaluasi menggunakan data panel dan analisis regresi multilevel. Pendekatan ini membantu memahami determinan akses keuangan seperti dalam studi dengan data SUSENAS.
Pengukuran berkelanjutan sangat penting untuk menyesuaikan kebijakan. Pembelajaran dari praktik terbaik negara lain dapat meningkatkan efektivitas program.
Studi Komparatif dengan Negara ASEAN Lainnya
Perbandingan dengan negara tetangga memberikan perspektif tentang posisi Indonesia. Data menunjukkan skor indeks akses keuangan Indonesia sebesar 65%, lebih rendah dari Malaysia yang mencapai 85%.
Thailand juga memiliki performa lebih baik dalam hal kepemilikan akun bank. Indonesia berada di peringkat kelima dalam indeks regional ASEAN untuk perluasan layanan keuangan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan ini antara lain:
- Infrastruktur digital yang lebih maju di Malaysia dan Thailand
- Tingkat literasi keuangan yang lebih tinggi di negara tersebut
- Kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan fintech
Penelitian dari Faculty Economics Business menunjukkan pentingnya pendekatan terintegrasi. Kombinasi edukasi, teknologi, dan kebijakan tepat dapat mempercepat kemajuan.
Pembelajaran dari keberhasilan negara lain membantu menyusun strategi lebih efektif. Target peningkatan skor indeks menjadi fokus utama para pemangku kebijakan.
Kesimpulan
Perluasan akses layanan perbankan terbukti menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Program seperti ‘Good Gesture’ Bank Saqu menunjukkan bagaimana kolaborasi dan teknologi digital dapat menjangkau masyarakat yang belum terlayani.
Pendekatan holistik melalui edukasi, inovasi fintech, dan kebijakan pemerintah menjadi kunci keberhasilan. Dengan komitmen bersama dari berbagai pemangku kepentingan, Indonesia dapat meningkatkan indeks keuangan inklusif dan berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan.
Mari bersama-sama memanfaatkan layanan keuangan formal untuk meningkatkan kesejahteraan finansial. Setiap langkah menuju financial inclusion membawa kita lebih dekat kepada ekonomi yang lebih adil dan merata.



