Dalam dunia durian, persaingan rasa, aroma, dan kualitas tidak kalah sengitnya dengan dunia kuliner lainnya. Selama bertahun-tahun, nama Black Thorn telah menempati singgasana sebagai salah satu durian paling premium, terutama di kalangan pencinta durian dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Namun, dalam perkembangan terbaru yang mengejutkan para penikmat durian, sebuah varietas baru bernama Tupai King berhasil menggeser dominasi Black Thorn dan dinobatkan sebagai durian premium terbaik dalam sejumlah festival dan uji cita rasa.
Fenomena ini bukan sekadar sensasi musiman. hadir dengan keunikan tersendiri yang membuatnya dipuja-puji sebagai buah surga, bahkan oleh para juri profesional dalam kompetisi buah tropis. Artikel ini akan membedah lebih dalam mengapa kini menjadi bintang baru dunia durian, bagaimana proses seleksi dan penobatannya, serta dampaknya terhadap industri durian lokal dan internasional.
Asal-Usul Tupai King: Durian Eksklusif Dari Tanah Tropis
Jejak Tupai King di Tengah Kebun
tidak muncul begitu saja sebagai varietas unggulan. Durian ini berasal dari kawasan pegunungan tropis yang kaya akan tanah subur dan iklim lembap ideal untuk pertumbuhan durian berkualitas tinggi. Awalnya, dikenal hanya di kalangan lokal sebagai durian yang disukai oleh tupai—karena tupai diketahui sangat selektif dalam memilih buah matang dengan rasa terbaik.
Para petani di daerah tersebut mulai memperhatikan bahwa pohon yang sering “dikunjungi” tupai ternyata menghasilkan durian dengan rasa dan aroma yang jauh lebih kaya. Dari sinilah nama bermula—dari durian pilihan para tupai yang konon memiliki naluri tajam dalam mengenali rasa manis alami.
Budidaya Eksklusif dengan Teknik Organik
Berbeda dengan durian komersial lainnya, dibudidayakan secara eksklusif dengan pendekatan organik dan teknik pertanian berkelanjutan. Para petani tidak menggunakan pestisida kimia dan hanya memakai pupuk alami yang disiapkan dari fermentasi dedaunan hutan. Ini memberikan keunggulan rasa dan aroma yang lebih alami dan murni.
Selain itu, panen juga sangat terbatas. Dalam satu musim, satu pohon hanya menghasilkan sekitar 20–25 buah saja, menjadikan durian ini sangat langka dan eksklusif.
Keunikan Tupai King yang Mengalahkan Black Thorn
Aroma dan Tekstur: Perpaduan Tak Tertandingi
Tupai King dikenal memiliki aroma yang dalam dan manis, tetapi tidak menyengat seperti varietas durian lainnya. Aromanya disebut sebagai “elegan dan bersih” oleh para ahli rasa. Ini berbeda dari Black Thorn yang terkenal dengan aroma kuat dan kompleks, namun terkadang dianggap terlalu tajam oleh sebagian orang.
Dalam hal tekstur, daging Tupai King memiliki konsistensi yang sangat lembut, seperti mousse yang meleleh di mulut. Warnanya cenderung kuning keemasan, lebih terang dari Black Thorn, dengan serat halus dan rasa manis yang menyatu dengan pahit khas durian premium.
Rasa yang Dinamis: Manis, Pahit, dan Umami
Salah satu keunggulan Tupai King adalah rasa yang berubah-ubah di setiap suapan. Pada awalnya, lidah disapa oleh rasa manis alami seperti madu, lalu perlahan berubah menjadi sedikit pahit seperti dark chocolate, dan ditutup dengan sensasi umami yang sangat jarang ditemui dalam durian lainnya. Kombinasi rasa ini membuatnya disebut sebagai “durian tiga dimensi” oleh para juri kompetisi buah Asia Tenggara.
Keunikan ini menempatkan Tupai King satu level di atas Black Thorn yang cenderung memiliki rasa lebih stabil dan konvensional.
Kadar Gula dan Lemak Alami Seimbang
Analisis laboratorium menunjukkan bahwa Tupai King memiliki keseimbangan kadar gula alami dan lemak yang membuatnya tidak terlalu berat di lambung, meskipun kaya rasa. Ini menjadikannya lebih nyaman dikonsumsi oleh berbagai kalangan usia, bahkan mereka yang biasanya mudah merasa mual setelah makan durian.
Penobatan Resmi: Festival Durian Asia Tenggara 2025
Kemenangan di Ajang Bergengsi
Pada awal 2025, Festival Durian Asia Tenggara yang diselenggarakan di Penang, Malaysia, menjadi ajang penentuan takhta durian terbaik. Dalam uji buta (blind tasting), lebih dari 15 juri dari berbagai negara melakukan penilaian berdasarkan kriteria aroma, rasa, tekstur, keseimbangan rasa, dan aftertaste.
Hasilnya mengejutkan: Tupai King mendapat skor 9,7/10, mengalahkan Black Thorn yang bertahan di angka 9,3/10. Penobatan ini langsung viral dan membuat banyak pecinta durian penasaran untuk mencicipinya sendiri.
Komentar Juri dan Pengunjung
Salah satu juri senior asal Thailand menyatakan, “Tupai King memberikan pengalaman baru dalam menikmati durian. Rasanya berlapis-lapis, tidak membosankan, dan sangat lembut. Ini seperti menikmati dessert bintang lima dalam bentuk buah alami.”
Sementara itu, pengunjung festival yang berkesempatan mencicipi juga menyebut durian ini sebagai “surga di lidah” dan “raja baru yang tak bisa ditolak.”
Dampak Penobatan Tupai King Terhadap Industri Durian
Permintaan Meroket di Pasar Ekspor
Setelah penobatan tersebut, permintaan terhadap Tupai King langsung meningkat, terutama dari pasar ekspor seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Distributor buah premium di Hong Kong bahkan mulai memesan dalam jumlah besar, meskipun harga per butir Tupai King bisa mencapai Rp1,5 juta hingga Rp2 juta.
Beberapa pengepul di Kalimantan dan Sumatera pun mulai mencari bibit Tupai King untuk dibudidayakan, menjadikan varietas ini sebagai incaran utama tahun ini.
Strategi Branding Petani dan Peluang UMKM
Petani yang selama ini membudidayakan Tupai King kini mulai memahami pentingnya branding. Mereka tidak hanya menjual buah, tetapi juga cerita di balik pohon durian tersebut. Dengan bantuan UMKM dan pelaku ekonomi kreatif, kemasan Tupai King kini hadir dengan box eksklusif, lengkap dengan QR code yang bisa memutar video asal-usul kebun tempat durian itu tumbuh.
Ini membuka peluang bagi UMKM lokal untuk terlibat dalam rantai nilai durian premium, mulai dari pengemasan, logistik, hingga pemasaran digital.